11.01.2007

Jejak Raja Ali Haji

Gurindam Dua Belas dan beberapa karya lainnya

WS. RENDRA DI MATA SAYA







Sebuah Akting yang Indikatif

TEATER ITU BUKAN SEMBARANG


sekelumit catatan saja

ANTARA SAYA,RENDRA DAN PARA PERAMPOK

Jaringan Apresiator Sanggar Altar

Mungkin ini pengalaman yang berharga sekaligus membanggakan bagi saya. Bagaimana tidak, di tengah keseriusannya menonton film, seorang Maestro seperti Rendra masih mau 'diganggu' oleh kami yang sengaja datang ke kediamannya untuk menyuguhkan video pementasan Perampok (Babak 1)karya beliau yang saya sutradarai sendiri. Rebah diatas 'dipan malas' , Rendra mencoba mengomentari pelan-pelan tentang artistik, musik, keaktoran dan banyak lagi dari suguhan pementasan tersebut. Saya tidak terlalu mempedulikan komentarnya. Bagi saya, Rendra mau menonton saja sudah cukup. Seiring waktu, perlahan saya merasa ada yang aneh. Malam itu Rendra telah membuat saya seperti orang bodoh. Rendra berhasil mengelabui kawan-kawan dengan komunikasi verbalnya. Komunikasi yang artifisial. ya. betul. Saya bisa merasakan jiwanya tidak turut dalam pembicaraan. Gawatnya, saya jadi tertular. Saat kawan-kawan teater asyik menonton sambil sesekali mendengar celetukan Rendra; saya justru asyik menonton aksi Rendra yang konsisten membelai rambut Ken Zuraida, istrinya. Belaian yang tiada henti dan sungguh romantis. Alangkah herannya saya karena saya seperti merasa terjebak pada adegan itu sehingga tanpa disengaja saya terlibat secara emosi, seperti ikut lebur ke dalam jiwa Rendra dan seakan memahami betul arti belaian itu. Belaian yang tak berkesudahan. Belaian yang bukan artifisial. Ugh, sudahlah. Malam ini Rendra telah menyuguhkan sesuatu yang jauh lebih dalam dan bermakna dari adegan Legowo dan Roro Kumolo saaat bertemu.