2.17.2012

Jalan Menikung



Sepanjang jalan yang menikung aku terus memikirkan apa yang terjadi. Meski sulit kupahami bahwa hidupmu penuh dengan ketidakberdayaan...(ber)

Gelora Asmara

Setiap apa yang kujumpai sepertinya meracau padaku. Pohon, hewan, bangunan, halte bis, tiang listrik apalagi orang yang lalu lalang seenaknya.
Tapi biarlah toh dengan begitu semua ini pada akhirnya akan berlalu. Jadi kalau ada orang yang menganggap aku keterlaluan ya biar saja. Peduli amat. Masalah hati tidak bisa dilihat kasat mata. Bahkan oleh orang yang katanya pintar dan berilmu sekalipun. Memang kadang sekali dua kali tepat tapi selanjutnya kita malah menggantungkan hasil akhir padanya. Inilah pemberontakan saya itu...(ber)

Larut Dalam Gelora

Tak terasa telah pagi. Sebaris kabut putih nampak masih bermain di balik rimbunnya pohon beringin itu. Sementara dari pinggir danau mahluk mungil dengan corak di tubuhnya memamerkan suaranya. Merdu. Tidak seperti suaraku yang berangsur habis karena hampir semalaman aku bernyanyi diiringi gitar pinjaman ini...(ber)

Lari Dari Gelora

Malam memang sudah larut. Tapi kehadiran gadis belia di seberang jalan itu seakan tidak melarutkan malam, melainkan hatiku. Ini memang bukan kali pertama aku merasakan hal yang sedemikian. Setiap kali aku melempar pandang padanya aku merasa semuanya seakan baru dimulai. Tatapan matanya, kibasan kerudungnya bahkan bahasa tubuhnya mengisyaratkan seikat kegelisahan yang tak biasa. Inikah seonggok gelora itu?...(ber)

Kado Menjemput


One day, sepulang salat Jumat alangkah terkejutnya aku melihat sesuatu benda yang terbungkus rapi (dengan menggunakan kertas biru yang warnanya membuat setiap mata berkedip) tergeletak begitu saja di atas meja kerjaku.


Dari kejauhan jantungku mulai berdetak tak karuan saat hendak mendekati benda tersebut. Apakah gerangan yang ada di dalam benda itu?Apakah itu sebuah kado istimewa yang suddenly dijatuhkan oleh Tuhan karena Ia menjawab doaku selesai salat Jumat tadi?ataukah ada yang orang yang bermurah hati memberikan hadiah?atau…? Ah, aku tidak mau berpikiran terlalu jauh dan mengatakan kalau ada yang meletakkan bom di atas mejaku.
         Diantara rasa bahagia dan terkejut itu aku memutuskan untuk tidak mengulur waktu sehingga membuat aku semakin hanyut dalam derai puluhan pertanyaan. Pelan tapi pasti aku mulai melangkah menghampiri meja kerjaku hingga akhirnya  dengan daya refleks tinggi tanganku dapat menggapai benda tersebut.  Oh NO! Tiba-tiba sebuah benda yang dibungkus dengan kertas biru itupun hinggap di tanganku. Aku sempat terheran mengapa kertas biru pembungkus itu dibiarkan  begitu saja tanpa di beri perekat terlebih dahulu. Ah biar sajalah. Mungkin memang begitu yang diinginkan oleh si pemberi barang ini; yang pentingkan isinya, ya toh?he..he..
         Belum sempat aku berfikir lebih jauh, perasaanku mendadak tidak lebih baik dari saat aku hendak membuka bungkusan itu. Wah ada apa lagi gerangan?Tapi lagi-lagi biarlah hal itu terjadi asalkan denyut jantung masih berdetak. Aku mencoba kembali fokus ke ‘sesuatu’ tersebut. Tampak plastik putih yang menutup barang tersebut juga dibiarkan terbuka –tak diikat terlebih dahulu-membuat aku semakin terperosok ke dalam keheranan. Aku mulai memberanikan diri untuk mengambil barang tersebut dari dalam plastik . Aneh, koq seperti ada yang ganjil di tanganku. Ah aku sudah tak tahan dengan rasa penasaran ini. Harus aku akhiri semuanya detik ini juga. Maka tanpa berpikir panjang lagi, dengan secepat kilat aku menarik benda itu keluar dari plastik. Srrrrk….srrrrk…..pess….Hah???Ternyata....(ber)

Allya

Tidak seperti biasanya, pagi ini pintu dan jendela kamarku sudah terbuka lebar. Angin sepoi-sepoi yang bertiup dari halaman rumah, membuat badanku jadi menggigil kedinginan. Aneh, kenapa ya Bunda tega-teganya membuat aku terbangun di pagi yang sedingin ini?
Sesaat kemudian, aku tengok suasana di luar rumah lewat pintu jendela. Wah, masih pagi sekali ternyata. Segera aku tutup kembali jendela kamarku dengan perlahan.
Hoaam…Ah, mataku masih terasa mengantuk sekali. Kutarik kembali selimut lebar bergambarkan Doraemon hadiah ulang tahun dari Bunda. Mmm…harumnya selimut ini! Membuatku terasa betah berlama-lama di atas tempat tidur. Hoaam…
Baru saja aku menutupi badanku dengan selimut, tiba-tiba Bunda datang menghampiriku. Sambil mengelus rambutku, ia berkata dengan lembutnya:
 ”Allya, ayo bangun sayang! Sudah mau jam setengah enam tuh”.
Aku masih berpura-pura menutup mata sambil bertanya dalam hati, mengapa Bunda membangunkanku di pagi yang sedingin ini. “Ah, Bunda ini ada-ada saja” kataku dalam hati.
“Allya sayang, kamu lupa ya kalau hari ini hari pertamamu masuk Sekolah Dasar?” tanya Bunda padaku.
Ya Allah! Kenapa aku bisa lupa begini ya? Wah, pasti seru deh hari pertama ini. Aku akan punya guru baru dan teman-teman yang baru pula. Pasti mereka lucu-lucu seperti aku. Horeee…!
Aku bangkit dari tempat tidur dan segera memeluk Bunda.
“Ya, Bundaku yang baik, Allya ingat kok. Tapi kenapa pagi-pagi sekali Allya sekolahnya?Allyakan masih mengantuk, Bunda”
Bunda segera menjawab pertanyaanku:
“Allya, udara pagi itu sangat sejuk dan segar. Selain itu, udara pagi juga baik untuk kesehatan Allya. Lama kelamaan kamu juga terbiasa untuk bangun sepagi ini. Ayo, anak manis, lekas mandi dan sarapan”

Selesai mandi dan sarapan pagi, Bunda segera mengantarkanku ke sekolah yang baru. Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja badanku jadi gemetar, takut kalau nanti guru kelasku galak dan teman-temanku nakal semua. Wah, bagaimana ya kalau begitu. Bisa-bisa aku tidak betah bersekolah. Waduh Bunda, doakan Allya ya, semoga semuanya baik-baik saja.

Sesampainya di gerbang sekolah, ternyata para guru menyambut kami dengan ramah sekali:
“Assalamu’alaikum…ini Allya ya? Wah cantik ya seperti Bundanya”
Setelah berkenalan dengan para Guru, kemudian aku diminta untuk bermain dengan teman-temanku. Wah, rupanya beberapa teman baruku sudah sampai ke sekolah lebih dulu. Ehm, ternyata mereka lebih rajin dariku ya. 
Satu persatu dari mereka menghampiriku dan mengajakku berkenalan. Aduh, aku jadi malu. Ternyata mereka baik-baik semua. Ya Allah, maafkan Allya yang sudah berperasangka buruk terhadap guru dan teman-teman Allya ya.

‘Teng! Teng! Teng!’
Bel sekolah berbunyi tiga kali. Kami semua segera berkumpul di tengah lapangan.
Ternyata Bapak Kepala sekolah mengumumkan bahwa pada hari pertama sekolah ini akan diselenggarakan berbagai lomba untuk murid baru. Ada lomba baca puisi, menyanyi dan melukis.
Wah, sekolah itu menyenangkan ya. Selain belajar, ternyata aku juga dapat menyalurkan hobi melukisku lewat perlombaan yang diadakan. Aku jadi tambah bersemangat untuk bersekolah. Apalagi ternyata pada hari pertama ini Alhamdulillah aku mendapatkan hadiah atas  lomba lukis yang diadakan. Wah, tambah seru jadinya hari pertamaku di sekolah. Bunda, terimakasih ya sudah mendampingi Allya di hari pertamaku ini. Semoga Bunda selalu sayang pada Allya. Allya berjanji akan rajin masuk sekolah dan menjadi anak yang salihah. Do’akan Allya ya Bunda.