2.28.2007

ANTOLOGI PUISI DANHID III

SEJAK KAU LUKISKAN
sejak kau lukiskan cinta menjadi kata
aku hanya diam
dan bukti yang dilukis menjadi janji olehmu
membuatku melayang menerobos bintang
panasnya yang membakar kulitku
membuatku tersadar
bahwa kau
adalah
hantu

Februari 2001


SETYO SINARA WADI
setyo sinara wadiku menghujamiku
dengan
selusin anak panah
yang
ditembakkan dari busurnya

ya, peluru yang melesat itu berlarian menujuku :
menuju jiwaku

aku
udara yang kau buat itu
hidupku
tak lagi sampai
sejengkal

06 ja02


UNTUKMU
aku menggeliat-geliat dalam keresahan
tak tahan rasa tak tahan hawa
berada pada titik terendah kesadaranku
aku bergumam sendiri
ingin ini ingin itu
tapi senja keburu memergoki
sebelum aku ‘menjadi’

aku rapuh ;
memburumu selalu
mengabaikan waktu

Sungguh !
adalah angin saja yang membawaku begini
tak tahan rasa
tak tahan hawa

gelap melarutkan mimpiku
sunyi mendekap pikiranku

mau kemana aku Ina
kalau bukan ke hatimu
tapi angin Ina
angin menjebakku
angin menawanku
angin mengalahkanku
aku bukan yang dulu Ina
bukan
angin merasuki jiwaku
hanya kali ini Ina :
Tidak lagi

di dasar hatimu Ina,
hanya di dasar hatimu
aku bersimpuh27072002


KEMANA
kemana arah kita berlayar
kemana
kita mendekat, berjanji
mari kita menikah
tapi nanti

aku seorang ayah
kau ibunya
aku seorang sastrawan , cuma bisa menulis sajak
penghasilan cuma pas-pasan, hasil menulis dan undangan
kau seorang ekonom, akuntan atau
seorang bankir. Amin...
penghasilan lebih dari cukup, malah mungkin membiayai anak kita
anak lelaki yang tampan dan cantik
dua lelaki dua wanita,
keluarga harmonis

Ah, nanti saja
mari berangkat kuliah !


BEGINI JADINYA
begini jadinya
aku batu di bawah telapakmu
setelah siang yang kelam itu
memaksaku menikah
denganmu
01 April 2001


AKU PADAMU
aku padamu
bukan sekedar

Sungguh !

Juni 2002


ADALAH KAU
adalah kau
surga dalam langit-langit mimpiku
yang kupandangi terus dengan mata sayu
sampai setengah bagian tubuhku
terhisap ke dalam harummu
dibantai bayang-bayangmu

malam bukanlah malam
siang bukanlah siang
tapi waktu
mengapa ada

wajahmu Na,
kenapa mesti pucat


28 April 2001


LIHAT NA
lihat Na
kita hampir menepi
setelah sekian lama terapung
diatas gelombang percintaan

lihat Na
orang-orang berseri
setelah sekian lama menanti
kapan kita kembali

28 April 2001


MALAM
malam
kupijat langkahku menuju haru
sampai geram
juga melagu
sampai kelam
juga merayu

tangkai rinduku
buah dari alam sadarku
kemana engkau
seminggu yang lalu
luapan kedukaanku
luapan kemarahan yang tak menjumpaimu

sini Na
sini
kuberi hatiku
untukmu

2002

No comments: