1.27.2009

Kepuasan Kerja;Pengertian

PENGERTIAN KEPUASAN KERJA
oleh: Danang Hidayatullah


Sesuai dengan kodratnya, sebagai seorang manusia karyawan juga memiliki keinginan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Beragam kebutuhan manusia secara khusus digambarkan secara jelas oleh Maslow (lihat Veitzal Rivai, 2005:458) dalam sebuah hirarki kebutuhan. Hirarki ini menggambarkan tingkatan kebutuhan yang dimiliki manusia mulai dari kebutuhan paling mendasar, yakni kebutuhan fisik dan diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, ego dan aktualisasi diri. Strauss dan Sayles (1981:43) berpendapat bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri juga erat kaitannya dengan terpenuhinya kepuasan kerja seseorang. Hal ini dinilai wajar dikarenakan orang menghabiskan sepertiga waktunya dalam pekerjaan, maka tidak mengherankan bila mereka mengharapkan pekerjaan yang dapat memuaskan berbagai macam kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas.
Pendekatan kepuasan sendiri banyak dikaitkan dengan nama-nama seperti Maslow, McGregor, Herzberg, Atkinson dan McClelland. (James Stoner:84). Herzberg dalam “Two Factor Theory” (Teori Pemeliharaan Motivasi Dua Faktor) sebagaimana dikutip oleh Gouzali Saydam (2000:245) memasukkan kepuasan kerja sebagai salah satu bagian dari faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga satisfier/instrinsik motivation, yaitu faktor yang mendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang. Selanjutnya Herzberg berpendapat bahwa suatu pekerjaan yang disenangi dan menantang dapat menimbulkan kegairahan seorang karyawan untuk melakukan pekerjaannya tersebut dengan baik.
Mengenai pengertian kepuasan kerja itu sendiri ada banyak pendapat dari para ilmuan. Rue dan Byars (256) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah “an individual’s general attitude about his or her job.” Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mental seseorang terhadap pekerjaan yang dihadapinya dapat mengarah ke hal positif atau negatif sangatlah tergantung kepada tepenuhi atau tidak terpenuhinya lima komponen yang mempengaruhi kepuasan kerja itu sendiri yang antara lain terdiri dari kondisi pekerjaan itu sendiri, kerjasama dengan rekan sekerja, penghasilan yang didapat, serta peran supervisi.
Masih mengenai definisi kepuasan kerja, Siegel dan Lane (dalam Munandar, 2001:350) menerima batasan yang diberikan Locke, yaitu bahwa kepuasan kerja adalah “the appraisal of one’s job as attaining or allowing the attainment of one’s important job values, providing these values are congruent with or help fulfill one’s basic needs.” Apa yang dikatakan Locke diatas menyatakan bahwa nilai-nilai pekerjaan serta kebutuhan-kebutuhan dasar dianggap sebagai unsur yang penting dalam kepuasan kerja. Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga nilai-nilai tersebut harus sesuai atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar seseorang.
Howell dan Dipboye (dalam Munandar, 2001:350) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap bebagai aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya. Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, T. Hani Handoko (1993:193) melihat kepuasan kerja sebagai keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Sehingga sikap keseharian karyawan terhadap pekerjaan dan lingkungannya bisa menjadi gambaran terpenuhi atau tidak terpenuhinya kepuasan kerja karyawan tersebut atau seberapa besar tingkat kepuasan kerja yang didapat. Selanjutnya Handoko berpandangan bahwa kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan selain beberapa faktor lain seperti motivasi, tingkat stres, pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaaan serta hal lainnya.
Masuknya kepuasan kerja sebagai salah satu faktor penting seperti disebutkan diatas sangatlah logis dan mudah dipahami. Kepuasan karyawan atas pekerjaan yang digelutinya akan berdampak positif pada emosi dan sikap seseorang dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan itu sendiri. Sementara ketidakpuasan dapat menimbukan ketidaksemangatan, kejemuan dan efek psikologis negatif lainnya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pekerjaan adalah satu kegiatan penting dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup seseorang. Sehingga kepuasan kerja yang didapat dalam pekerjaannya bisa jadi sangat bermakna bagi kebahagian hidup seseorang.
Husein Umar (2008:37) mengartikan kepuasan kerja sebagai perangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidak menyenangkannya pekerjaan mereka. Selanjutnya dikatakan bahwa bergabungnya seseorang ke dalam sebuah organisasi tentunya membawa berbagai keinginan, kebutuhan serta hasrat yang tanpa disadari akan membentuk apa yang dinamakan dengan harapan kerja. Kesesuaian antara harapan kerja seseorang dan imbalan yang diterima inilah yang kemudian akan mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Veitzal Rivai (2005:475) menyatakan bahwa kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang besifat individual dimana tingkat kepuasan kerja setiap individu berbeda-beda sesuiai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Sebagai contoh, makin tinggi tingkat apresiasi seseorang terhadap pekerjaannya, dapat menggambarkan kesesuaian pekerjaan tersebut dengan keinginannya yang berarti pula terdapat kepuasan kerja seseorang. Dengan demikian menurutnya kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan sikap seseorang atas perasasaan senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja pada hakikatnya menggambarkan perasaan dan sikap seseorang terhadap pekerjaannya sebagai representasi dari kesesuaian antara apa yang diharapkan dari pekerjaan, baik itu kebutuhan fisik, materi maupun psikologis dengan imbalan atau hasil yang diterimanya. Kepuasan kerja itu sendiri terlahir dikarenakan manusia sebagai individu maupun mahluk sosial dalam kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, termasuk pemenuhan kebutuhan akan rasa puas dalam bekerja. Terpenuhi atau tidak terpenuhinya kepuasan kerja pada seseorang akan mempengaruhi sikap atau mental seseorang baik dalam menjalankan pekerjaan maupun menghadapi lingkungan pekerjaan itu sendiri. Perasaan dan sikap positif seseorang seperti perasaan senang yang timbul akibat terpenuhinya kepuasan kerja akan menjadi motivasi tersendiri bagi seseorang dalam menunjukkan prestasi kerjanya. Ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Jika seseorang merasa senang akan pekerjaannya serta kepuasan yang diharapkan sesuai dengan yang didapat maka seseorang tersebut akan merasa tidak terbebani, lebih merasa bergairah dan bangga dapat melaksanakan pekerjaannya tersebut. Sikap positif yang ditunjukkan juga akan mempengaruhi atmosfir dalam lingkungan pekerjaannya, yang berpengaruh pada perlakuan rekan kerja, pimpinan maupun manajemen perusahaan.
Pada akhirnya kebutuhan akan aktualisasi diri seseorang dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bidang prestasi kerja baru akan dapat tercapai jika kepuasan kerja seseorang terpenuhi. Pesan penting bagi manajemen perusahaan dalam kaitannya dengan kepuasan kerja adalah bahwa selama kebutuhan yang lebih rendah dari para pekerja masih belum terpuaskan, maka akan sulit untuk untuk memotivasikan mereka dengan tingkat-tingkat kebutuhan yang lebih tinggi (Strauss dan Sayles, 1981:31). Lebih tegas lagi adalah sesuatu yang tidak mungkin jika manajemen sebuah perusahan/organisasi mengharapkan sesuatu yang lebih pada para pekerjanya tanpa melihat dan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang berada di dalamnya.

No comments: